Berikut ini adalah komentar saya terhadap artikel yang ditulis Om Nukman di Berbagi Malah Untung. Untuk berjaga-jaga kalau komentar saya tidak di-approve.
Menurut saya kita memang harus berbagi. Nah untuk bisa berbagi tentu saja kita harus punya sesuatu yang harus dibagi.
Resepnya bukan kita punya 100% dibagi 70% dan kita simpan yang 30%. Tapi kita punya 100% kita bagi 100% dan kita cari 100%. Ide ini senada dengan ungkapan yang saya dengar dari DVD seminar yang dibawakan Pak Purdi E Chandra. Bahasa sederhana beliau: “Ketika kita membeli baju, pilihlah yang terbaik. Karena setelah beberapa kali baju itu kita pakai, harus diberikan pada orang lain. Sehingga kondisi baju itu masih bagus saat dipakai orang lain. Tentu saja kita beli baju yang baru lagi, masak telanjang?
Ini sebenarnya analogi dengan fenomena zakat dan infak. Kenapa dua hal itu disebut-sebut menumbuhkan perekonomian alih-alih bunga/riba? Karena dengan semakin banyak, orang ber-zakat dan ber-infak maka daya beli masyarakat akan naik. Akibatnya keuntungan perekonomian secara umum akan naik, termasuk orang/perusahaan yang ber-zakat/infak.
Kalau ditarik ke bidang ilmu pengetahuan, mustahil akan ditemukan sepeda/mobil/pesawat terbang. Kalau orang-orang semacam Isaac Newton, Bernoullii, dst tidak berbagi ilmu yang ditemukannya. Atau bayangkan kalau Alexander Fleming tidak berbagi ilmu tentang Penicilin? Tidak akan ditemukan rentetan penemuan-penemuan obat antibiotik.
Kalau di bidang Om Nukman, mustahil Om Nukman akan dapat banyak order kalau orang tidak sadar akan produk yang Om Nukman hasilkan.
Jadi menurut saya proses berbagi ini adalah proses edukasi calon pelanggan. Tentu saja muaranya nanti adalah datangnya order kepada kita. Ya meskipun tidak seluruh order semua datang pada kita, tetapi juga datang pada pesaing kita langsung. Lagi pula kalau seluruh order datang kepada kita, apakah kita akan mampu mengerjakan semuanya? tidak mungkin tuh! sebesar apapun perusahaan kita/dimana kita kerja.
E.O.S.P